13 PENDIRI PMII


Sebagai anggota maupun kader PMII tentunya harus tau tentang sejarah berdirinya PMII. Seperti kita ketahui bahwa PMII tidak lahir dengan sendirinya. Akan tetapi ada berbagai macam factor, alasan dan tokoh yang memprakasainya. PMII sendiri dirumuskan oleh 13 tokoh mahasiswa NU.

Kenapa PMII bias terbentuk? Karena salah satunya gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantiasa muncul dan mencapai pincaknya pada Konferensi Besar (KONBES) IPNU ke 1 di Kaliurang pada tanggal 14 sampai 16 Maret 1960. Dari forum ini kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di Perguruan Tinggi. Selain merumuskan berdirinya organisasi mahasiswa NU, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. 

  1. A. Khalid Mawardi dari Jakarta
  2. M. Said Budairy dari Jakarta
  3. M. Sobich Ubaid dari Jakarta
  4. Makmun Syukri dari Bandung
  5. Hilman Badruddinsyah dari Bandung
  6. Ismail Makki dari Yogyakarta
  7. Munsif Nakhrowi dari Yogyakarta
  8. Nuril Huda Suaidi dari Surakarta
  9. Laily Mansyur dari Surakarta
  10. Abdul Wahab Jaelani dari Semarang
  11. Hizbullah Huda dari Surabaya
  12. M. Cholid Narbuka dari Malang
  13. Ahmad Hussein dari Makasar

Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbullah Huda, M. Said Budairy dan Makmun Syukri di tugaskan untuk sowan kepada pimpinan tinggi PBNU kala itu, yakni K.H Idham Kholid.

A KHOLID MAWARDI (JAKARTA)

Pada hari lahir PMII ke 58 tahun K.H Kholid Mawardi menyampaikan bahwa “Pertumbuhan intelektual anak-anak muda NU (Nahdlatul Ulama) semuanya semakin besar. Sedangkan kelompok tradisional yang dari pondok pesantren dan madrasah ini juga terus tumbuh.” Belia berpesan generasi muda dari PMII harus saling mengisi termasuk turut menjaga nama besar induknya yakni NU. “NU ini sebenarnya dari dulunya monokultur. Merupakan kekuatan besar saling mengisi dan bersatu. Kalau bersaing jadi bahaya terhadap NU.” 

M SAID BUDAIRY (JAKARTA)

Beliau dilahirkan di Singosari, Malang pada tanggal 12 Maret tahun 1936 menjelang subuh.beliau adalah anak ke 3 dari pasangan Budairy bin Kiyai Idris dan Mutmainnah binti Kiyai Ali Murtadlo. Kelaihrannya disambus gembira oleh keluarga besar dan menjadi rebutan untuk memberikan nama karena kedua kakak Said Budairy meninggal saat dilahirkan. Kiyai Idris memberi nama Tohir, namun yang digunakan nama Muhtarom pemberian Kiyai Alwi Murtadlo. Nama Muhammad Said Budairy karena nama Muhtarom saat beliau bayi sering sakit-sakitan. Menurut tradisi Jawa, sakit-sakitan si bayi karena keberatan dengan nama yang diberikan. Hingga suatu hari datanglah seorang Kiyai dari Gentong, Pasuruan. Beliau lah yang mengganti nama Muhtarom dengan Said, lengkapnya Muhammad Said Budairy. 

Dilingkungan aktivis NNahdlatul Ulama Said Budairy bukan lah nama asing. Bersama Abdurrahman Wahid, Fahmi D Saefuddin, Mahbub Djunaidi dan lain-lain, namanya pupoler sebagai salah seorang penggerak “Khittah NU 1926” pada Mukhtamar NU di Situbondo, Jawa Timur pada tahun 1984.

Tapi sebetulnya, sebagai aktivis NU, nama M. Said Budairy sudah muncul sejak akhir tahun 1950-an. Beliau ikut aktif dalam mendirikan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Awal tahun 1960-an beliau ikut berjuang dalam pendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Selain merupakan salah satu 13 deklarator berdirinya PMII beliau juga merupakan sosok pencipta lambang organisasi PMII. 

Prof. H. M. Said Budairy wafat pada hari Senin, 30 November 2009. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Kemudian dimakamkan di pemakaman San Diego Hills di Karawang, Jawa Barat. 

M SOBICH UBAID (JAKARTA)

M. Sobich Ubaid merupakan salah satu mahasiswa Jakarta dan beliau terpilih menjadi salah satu tim perumus berdirinya organisasi PMII 

MAKMUN SYUKRI (BANDUNG)

Berdasarkan penuturan Mi’ratunnissa yakni anak semata wayang Makmun Syukri kita mengetahui bahwa selama hayatnya Makmun Syukri tak henti mendedikasikan hidupnya untuk Nahdlatul Ulama. Dari 16 anak Kiyai Sykri, anaknya adalah sosok yang paling aktif dan dikenal sebagai sosok aktivis berdedikasi tinggi dan tulen. Tidak jarang, Kiyai Sukri menyaksikan anaknya yakni Makmun Syukri berkumpul bersama pendiri PMII lain. Seperti halnya Munsif Nakhrowi, Mahbub Djunaidi, M. Sobich Ubaid dan pendiri PMII lainnya.

HILMAN BADRUDDINSYAH (BANDUNG)

Beliau dikenal sebagai salah seorang yang gigih berjuang dan memandang penting dibantuknya sebuah organisasi sebagai wadah perjuangan bagi mahasiswa NU. Walaupun banyak tantangan dan penolakan dari internal maupun eksternal NU sendiri. Sahabat Hilman Baduruddinsyah juga aktif dalam bidang media sebagai pemegang saham media dari Jawa Barat yakni Media Pikiran Rakyat.

Kabar berpulanya Hilman Badruddinsyah disampaikan sekretaris jendral PB PMII yakni Zaeni Sofari pada hari Kamis 25 April 2012. Hilman Badurddinsyah meninggal dunia di Rumah Sakit Advent Bandung, Jawa Barat setelah menjalani perawatan selama tiga bulan disana. Beliau meninggal di usia 73 tahun dan dimakamkan di Limbangan, Garut.

ISMAIL MAKKI (YOGYAKARTA)

Ismail Makki berasal dari Sumenep, Madura. Ismail Makki adalah salah satu orang yang dipercaya untuk mendirikan organisasi mahasiswa berbasis NU hingga terlahirlah PMII. Beliau adalah mahasiswa NU yang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.

MUNSIF NAKHROWI (YOGYAKARTA)

Beliau adalah mahasiswa NU perwakilan Yogyakarta yang menjadi salah satu pendiri PMII. Selain itu, beliau juga pengurus pusat IPNU angakat pertama. Sahabat Munsif Nakhrowi ini merupakan putra dari K.H Nachrowi Thohir dan Ibu Hj. Rukayah, pendiri Madrasah Mualimin Jagalan Malang. 

NURIL HUDA SUAIDI (SURAKARTA)

Beliau adalah sosok yang berkomitmen tinggi untuk berdakwah melalui organisasi tanpa pamrih. Berasal dari keluarga pesantren Darul Ulum Sugio, lahir pada tanggal 17 Agustus tahun 1938. Beliau merupakan sosok yang terus membela PMII dimanapun hingga saat ini. Sala satu quotes beliau adalah “PMII didirikan pertama kali untuk menyiapkan kader intelektual muda NU. Dengan demikian, PMII harus bias menjaga dan mengimplementasikan nilai-nilai Aswaja dalam kehidupan sehari-hari.”

LAILY MANSYUR (SURAKARTA)

Melalui salah satu penuturan sahabatnya ketika beliau kuliah di Perguruan Tinggi Islam Nahdlatul Ulama atau PTINU yang hari ini menjadi Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta, kota Surakarta maupun dari sumber lainnya ketika ketika beliau berkiprah di Kantor Wilayah Departemen Agama Kalimantan Selatan dan IAIN Antasari tokoh yang memiliki nama lengkap H. Muhammad Laily Mansyur ini berasal dari desa pematang benteng, hulu sungai utara Kalimantan Selatan.

Beliau lahir pada tanggal 6 Juni 1937. “Saya masih ingat Laily Mansyur asal Kalimantan. Orangnya semangat sekali saat berpidato.” Ungkap salah satu sahabatnya di PTINU Surakarta 1958 Hj. Aminatun.

Menjelang berdirinya PMII tahun 1960, Laily ikut aktif bersama Mustahal Ahmad dan teman-temannya di PTINU dalam perkumpulan Keluarga Mahasiswa NU Surakarta. Sebelumnya, komunitas tersebut didirikan dan dirintis oleh Mustahal Ahmad, seorang mahasiswa fakultas syariah universitas Cokroaminoto Surakarta pada tahun 1955. Bersama Nuril Huda Suaidi, Laily Mansyur menjadi utusan dari Surakarta untuk mengikuti Musyawarah Mahasiswa NU Se-Indonesia di Surabaya pada April 1960 yang kelak menghasilkan keputusan terbentuknya organisasi PMII.

Ketika PMII benar-benar lahir, Solo menjadi salah satu deklarator. Ada juga tiga universitas yang ikut menyokong berdirinya PMII di Solo. Yaitu Universitas okroaminoto pada tahun 1975 yang dileburkan menjadi AAN yang sebelumnya menjadi Universitas Sebelas Maret atau UNS, PTAINU dan Universitas Islam Indonesia. PMII solo akhirnya dideklarasikan di Loji Wetan pada akhir November 1960

Beliau meninggal dunia pada hari Selasa tanggal 4 Agustus tahun 1988 sekitar pukul 11.00 WITA siang. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Alkah Kerukunan Warga Amuntai Banjarmasin (KWAB) di Jalan A. Yani KM. 22 Banjarbaru.

ABDUL WAHAB JAELANI (SEMARANG)

Mungkin banyak yang taka sing dengan nama Abdul Wahab Jaelani. Laki-laki kelahiran Semarang 21 November ini merupakan salah satu dari 13 pendiri PMII sekaligus menjadi ketua umum PK PMII Jawa Tengah yang pertama. Kepribadian beliau tegas dan jujur. Menjadi bekal dalam menjalankan segala aktifitas organisasi dan kehidupannya. Pengalaman organisasi yang beliau miliki tak sedikit. Yaitu Ketua Umum PK PMII Jawa Tengah pada tahun 1968 yang ditemani oleh Yusuf Nurhayat sebagai Sekretaris Umum PK PMII Jawa Tengah H. Rifa’I sebagai Bendara PK PMII saat itu. Perjuangan tidak berhenti disitu, beliau pun pernah menjabat sebagai ketua NU cabang Semarang periode 1985

Beliau meninggal pada hari Rabu tanggal 21 Mei 1996 karena penyakit jantung yang di deritanya. Beliau dimakamkan di daerah Bargota Jl. WIT Saleh, Semarang.

HIZBULLAH HUDA (SURABAYA)

Hizbullah Huda bersama M. Said Budairy dan Makmun Syukri, Hizbullah Huda merupakan Mahasiswa NU yang bertugas untuk sowan ke ketua umum PBNU kala itu yakni K.H Idham Kholid 

M. CHOLID NARBUKO (MALANG)

Beliau dikenal sebagai sosok yang berdedikasi yang melahirkan PMII. Beliau adalah mahasiswa NU yang berasal dari Malang. Beliau juga dikenal sebagai akademisi yang konsisten bernama lengkap M. Cholid Narbuka bin Zubair. Beliau lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 21 April pada tahun 1937. 

M. Cholid Narbuko wafat di Semarang pada tanggal 13 Juni tahun 1999. Beliau dimakamkan di tanah kelahirannya di Pemakaman Kauman Salatiga. 

Cholid Narbuko adalah akademisi ulung yang pernah menempuh pendidikan tinggi fakultas tarbiyah wata’lim yang saat ini dikenal dengan UNISMA pada tahun 1965 sampai 1969 . selanjutnya, beliau juga telah memperoleh gelar sarjana di fisim universitas jember pada tahun 1968.

AHMAD HUSSEIN (MAKASSAR)

Pendiri PMII asal Makassar ini turut merumuskan dan mengemban tugas dalam mendirikan PMII. Beliau adalah pendiri PMII yang pernah menempuh pendidikan tinggi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERIUS PEMILU MAU DI TUNDA?

MENJEMPUT TUGAS MANUSIA ; HAMBA & KHALIFAH

KESETARAAN GENDER & KELEMBAGAAN KOPRI