KESENANGAN JUGA UJIAN DARI TUHAN



Saya pernah membaca buku yang berjudul La Tahzan (Jangan bersedih) karya Dr. Aidh Al Qarni yang sangat luar biasa untuk mengingatkan kepada kita semua agar tidak bersedih dalam menghadapi segala sesuatu ya g terjadi. Aka. Tetapu, dalam halaman awal di buku itu menceritakan tentang proses mengingat Allah di sebuah kejadian. Dan anehnya bagi saya, kenapa ya g di ceritakan dalam mengingat Allah hanya dalam situasi dan kondisi yang sedih saja? Tentu membuat saya berpikir dua kali dalam membacanya.

Dalam kehidupan sehari-hari memang kita selalu melakukan hal-hal demikian. Dari patah hati, tidak di terima kerjaan, di patahkan, bersedih atau apapun itu yang sifatnya musibah selalu di pantulkan kepada Tuhan dan menganggap semua itu adalah ujian. Dan hal ini lumrah sekali terjadi. Bahkan, dalam moment-moment tertentu, kesedihan atau musibah menjadi media curhat para manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan.

Dengan kata lain, kenapa melakukan komunikasi dengan Tuhan hanya dalam situasi yang sulit? Kenapa menganggap musibah itu adalah ujian? Saya pernag berpikir takut menyinggung Tuhan. Waktu susah dateng ke Allah, lah sudah senang lupa lagi. Ini semacam kacang lupa pada kulitnya.

Padahal, dalam beberapa narasi dan ayat Tuhan telah di peringatkan bahwa “Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan“ (Al-Anbiya’ :35). Artinya memang, yang dimaksud dengan 'Ujian Tuhan' bukan hanya kesusahan, melainkan kesenangan pun menjadi cara Tuhan untuk menguji hambanya.

Maka sebetulnya, saya berasumsi bahwa ujian yang paling berat itu adalah ujian kesenangan. Walaupun bukan berarti ujian kesusahan itu begitu ringan. Ada istilah "Di hina tak tumbang dan di puji tak terbang". Mungkin quote itu menjadi tafsir modern dalam mengartikulasikan tentang ujian.

Bersyukur dan sabar adalah garis kunci untuk menghadapi ujian kesenangan dan kesusahan. Maka Rasulullah pernah menjawab dalam keterangannya bahwa “Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Segala sesuatu yang terjadi padanya semua merupakan kebaikan. Ini terjadi hanya pada orang mukmin. Jika mendapat sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka itu kebaikan baginya. Jika mendapat keburukan dia bersabar, maka itu juga kebaikan baginya“ (H.R Muslim).

Artinya memang, saya hanya ingin menyampaikan bahwa ujian bukan hanya dalam perkara konteks 'kesusahan'. Bahkan kesenanganpun menjadi sebuah ujian dari Tuhan. Tinggal bagaimana kita menyikapi persoalan ujiannya agar kemudian kita bisa lulus dengan sempurna dalam ujian Tuhan. Maka tentu, ketika kita sabar dalam menghadapu kesusahan kita akan diberikan jalan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERIUS PEMILU MAU DI TUNDA?

MENJEMPUT TUGAS MANUSIA ; HAMBA & KHALIFAH

KESETARAAN GENDER & KELEMBAGAAN KOPRI